PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam
Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin, dan sebagainya.[1] Dalam bahasa Arab, para pakar pendidikan pada umumnya menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan.[2] Tarbiayh diambil dari akar kata (rabba, yarubbu, tarbiyah) yang artinya memperbaiki, menguasai, mengasuh menuntun, menjaga, mengatur, dan memelihara kelestarian maupun eksistensinya. Jadi pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha sadar untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.[3]
Pendidikan Islam memiliki beberapa pengertian diantaranya sebagai berikut :
1. Pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina peserta didikan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[4]
2. Pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut.[5]
3. Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam, dala arti proses bertumbuhkembangnya Islam dan umatnya. Baik Islam sebagai agama, ajaran maupun system budaya dan peradaban, sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang. Jadi, pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses pembudayaan dan pewarisan ajaran agama, budaya dan peradaban umat Islam dari generasi sepanjang sejarahnya.[6]
4. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba : Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali belau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
5. Menurut Musthafa Al-Ghulayani : Bahwa Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
6. Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.[7]
7. Hasil seminar Pendidikan Islam Se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan : “Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”[8]
Dengan demikian Pendidikan Islam adalah usaha yang dilakukan untuk membentuk kepribadian yang utama melalui proses yang panjang yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam.
B. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai Ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai berikut :[9]
1) Perbuatan mendidik itu sendiri
2) Anak didik
3) Dasar dan tujuan pendidikan Islam
4) Pendidik
5) Materi pedidikan Islam
6) Metode pendidikan Islam
7) Evaluasi pendidikan
8) Alat-alat pendidikan Islam
9) Lingkungan sekitar
C. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh bediri. Dasar suatu bangunan yaitu fondasi yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan Islam yaitu fondasi yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan Islam dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang. Dengan adanya dasar ini maka pendidikan Islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun mempengaruhinya.[10]
Dasar-dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu :
- Al-Qur’an,
- As-Sunnah, dan
- Ijtihad.
a. Al-Qur’an
Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggerakan pendidikan dan pengajaran. Ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah berkenaan di samping masalah keimanan juga pendidikan.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah Men-
ciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuianya.” (QS. Al-Alaq: 1-5)
Dari ayat-ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seolah-olah Tuhan berkata hendaklah manusia menyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia (dari segumpa darah), selanjutnya untuk memperkokoh keyakinannya dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
Bahkan tidak hanya itu Tuhan juga memberikan bahan (materi/pendidikan agar manusia hidup sempurna di dunia).[11]
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya
kemudian mengemukakannya epada para Malaikat lalu berfirman:
“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu, jika kamu memang benar-
benar orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah: 31)
Ayat ini menjelaskan bahwa untuk memahami segala sesuatu belum cukup kalau hanya memahami apa, bagaimana serta manfaat benda itu tetapi harus memahami sampai ke hakikat dari benda itu.[12]
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa Islam menegaskan bahwa supaya manusia itu menemukan jati dirinya sebagai insan yang bermartabat maka harus menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.
b. As-Sunnah
Sunnah sering di samakan dengan hadits, artinya semua perkataan, perbuatan, dan taqrir yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Taqrir Nabi Muhammad SAW adalah perbuatan Rasulullah SAW yang dikesani menyetujui perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat.[13]
Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an, didasarkan kepada ayat di bawah ini :
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S An-Nisa :59)
Rasulullah SAW mengatakan bahwa beliau adalah juru didik. Dalam kaitan dengan ini M. Athiyah Al Abrasyi mengatakan : Pada suatu hari Rasul keluar dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan; dalam pertemuan pertama, orang-orang yang berdoa kepada Allah ‘Azza wajalla, mendekatkan diri kepada-Nya; dalam pertemuan kedua orang sedang menberikan pelajaran.[14]
Rasul mendorong orang belajar dan menyebarkan ilmu secara luas dan suatu pujian atas keutamaan juru didik. Rasulullah menjunjung tinggi kepada pendidikan dan memotivasi agar berkiprah kepada pendidikan dan pengajaran.[15]
Pendidikan adalah suatu yang esensial bagi manusia, melalui pendidikan, manusia bisa belajar mempelajari alam semesta demi mempertahankan kehidupannya, karena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting dan tinggi.[16]
Umat manusia dalam sejarahnya telah memperlihatkan tentang pendidikan. Hal ini dapat ditelusuri sejak dari masa rasul hingga masa sekarang ini. Kegiatan yang dilakukan Rasulullah seperti mengadakan ta’lim kepada para sahabatnya, guna mengetahui ajaran0ajaran Islam, sehingga rasul membuat kompleks belajar Dar-al-Arqam, ini semua merupakan salah satu bukti besarnya perhatian Rasul terhadap pendidikan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa sikap Rasul tersebut merupakan fakta bahawa Islam sangat mementingkan adanya pendidikan dan pengajaran, dan mewajibkan kepada umatnya untuk menyelenggarakannya.
c. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata “jahda” atrinya “al-masyaqqah” (sulit atau berat, susah atau sungkar). Secara istilah, ijtihad adalah pengerahan semua kesanggupan dan kekuatan untuk memperoleh segala yang dituju hingga sampai kepada puncak tujuan.[17]
Ijtihad :
- Pengerahan akal pikiran para fuqaha atau ushuliyyin
- Menggunakan akalnya dengan sungguh-sungguh karena adanya dalil-dalil yang
zhanni dari Al-Qur’an dan Al-Hadits
- Berkaitan dengan hukum syar’I yang amaliah
- Menggali kandungan hukum syar’I dengan berbagai usaha dan pendekatan
- Dalil-dalil yang ada dirinci sedemikian rupa sehingga hilang ke Zhaniy-annya
- Hasil Ijtihad berbentuk fiqh sehingga mudah diamalkan
Enam ciri ijtihad tersebut memberikan gambaran bahwa ijtihad adalah satu metode penggalian hukum Islam dengan menggunakan akal atau ra’yu maka alat utama ijtihad adalah akal.[18]
D. Tujuan Pendidikan Menurut Islam
Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan di capai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.
Menurut Drs. Ahmad Marimba, fungsi tujuan itu ada empat macam, yaitu :
a) Mengakhiri usaha
b) Mengarahkan usaha
c) Tujuan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik berupa tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dar tujuan pertama
d) Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu[19]
Dengan itu maka tujuan mempunyai arti yang sangat penting bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, arah atau pedoman yang harus ditempuh, tahapan sasaran serta sifat dan mutu kegiatan yang dilakukan. Karena itu kegiatan yang tanpa disertai tujuan sasarannya akan kabur, akibatnya program dan kegiatannya sendiri akan menjadi acak-acakan.
Drs. Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir.
a. Tujuan Sementara
Yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan Pendidikan Islam. Tujuan sementara disini adalah tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rohani dan sebagainya.
b. Tujuan Akhir
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terwujudnya kepribadian muslim. Sedangkan kepribadian muslim disini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam.[20]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada Khaliknya dengan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.
E. Objek Pendidikan Islam
Sejalan dengan misi agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian makhluk di alam ini, pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya pada empat pengembangan fungsi manusia, yaitu :[21]
1. Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu, yaitu makhluk yang hidup di tengah makhluk-makhluk lain, manusia harus bisa memerankan fungsi dan tanggung jawabnya, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama diantara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai khalifah di muka bumi.
Firman Allah menunjukkan kedudukan manusia tersebut sebagai berikut :
Artinya :
“Tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat : Aku menciptakan manusia dari tanah liat maka ketika Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku maka hendaklah kamu bersujud kepada Nya” (QS. Shaad : 71-72)
2. Menyadarkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial (Homo sosius) manusia harus mengadakan interrlasi dan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, gotong royong, dan musyawarah sebagai upaya membentuk masyarakat menjadi suatu persekutuan hidup yang utuh.
3. Menyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia sebagai Homo divinans (makhluk yang berketuhanan), sikap dan watak religiusitasnya perlu di kembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya.
[1] Abudidin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 333
[2] Ibid, hlm 334
[3] Mujtahid, Reformasi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malika Press, 2011), hlm 3
[4] Abudidin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm 340
[5] Bashori Muchsin, Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemprer, (Bandung: PT Refika Aditama, Cet I. 2009), hlm 9
[6] Ibid, hlm 10
[7] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm 8
[8] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 1, (Bandung: Pustaka Setia, cet III. 2005), hlm 11
[9] Ibid, hlm 13-15
[10] Ibid, hlm 19
[11] Ibid, hlm 20
[12] Ibid hlm 21
[13] Beni Akhmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm 156
[14] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 1, (Bandung: Pustaka Setia, cet III. 2005), hlm 21
[15] Ibid hlm 22
[16] Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan, (Jakarta: Kencana) hlm 10
[17] Beni Akhmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm 177-178
[18] Ibid hlm 180
[19] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 1, (Bandung: Pustaka Setia, cet III. 2005), hlm 29
[20] Ibid hlm 29-30
[21] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar